FORUM UMAT ISLAM MAGETAN: SUARA RAKYAT ADALAH MODAL SOSIAL BANGSA
Magetan, 30 Agustus 2025 — Forum Komunikasi Umat Islam Magetan (FUI Magetan) menyampaikan masukan tegas kepada pemerintah pusat terkait meningkatnya eskalasi sosial yang dipicu oleh kebijakan publik yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat. Forum ini menghimpun kekuatan moral dari berbagai unsur, mulai dari ulama pesantren, alumni santri, ormas keagamaan, himpunan mahasiswa, harokah pergerakan Islam, hingga komunitas majelis ta’lim.
Dalam wawancara dengan media ini, Gus Imam selaku Koordinator FUI Magetan menegaskan bahwa bangsa saat ini sedang berada pada titik krisis moral (moral crisis) yang sangat berbahaya jika terus dibiarkan. “Jika pemerintah abai terhadap suara rakyat, maka yang terancam bukan hanya stabilitas politik, tetapi juga legitimasi negara. Ini dapat berujung pada loss of legitimacy yang sangat fatal bagi otoritas negara,” ungkapnya.
Menurutnya, suara rakyat tidak boleh dipandang remeh, karena pada hakikatnya itulah representasi civil society yang menjadi fondasi demokrasi. Gus Imam menekankan bahwa kepercayaan publik merupakan social capital yang selama ini menopang bangunan kebangsaan. “Ketika suara rakyat diabaikan, yang runtuh bukan hanya wibawa pemerintah, melainkan juga keyakinan masyarakat bahwa negara hadir untuk mereka,” ujarnya.
Ia juga menyoroti bahwa jurang ketidakadilan semakin nyata dirasakan masyarakat. Kondisi ekonomi rakyat makin terpuruk, sementara elit politik justru mempertontonkan gaya hidup yang jauh dari empati. “Ini pengkhianatan terhadap amanat konstitusi dan nilai luhur kebangsaan. Kebijakan politik yang tidak berorientasi pada kesejahteraan hanya akan melahirkan distrust yang berbahaya,” tegasnya.
Gus Imam menyampaikan peringatan keras bahwa abainya pemerintah terhadap penderitaan rakyat hanya akan menyalakan api ketidakpuasan yang semakin sulit dikendalikan. “Negara tanpa keadilan tidak lebih dari organized robbery, sebuah perampokan yang dilegalkan. Masukan ini bukan sekadar kritik, melainkan moral obligation yang harus ditunaikan oleh rakyat beragama dan para cendekia demi menyelamatkan negeri dari kehancuran,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyerukan agar pemerintah segera melakukan evaluasi mendalam atas kebijakan yang melukai hati rakyat. Menurutnya, tindakan represif terhadap aspirasi masyarakat justru hanya memperlebar jurang antara penguasa dan rakyat. “Yang dibutuhkan adalah keberanian moral untuk mengakui kesalahan, melakukan koreksi, dan mengembalikan orientasi pembangunan kepada cita-cita luhur: social justice for all,” tandas Gus Imam.
Ia menekankan bahwa kepemimpinan dalam pandangan rakyat bukan sekadar urusan politik praktis, melainkan amanah besar yang bernuansa spiritual. “Setiap pemimpin memikul historical responsibility dan sacred trust. Ini bukan hanya tanggung jawab politik, tetapi juga tanggung jawab di hadapan Allah. Kekuasaan tanpa keadilan akan menjadi kutukan dalam sejarah bangsa,” pungkasnya.
Dengan nada reflektif, Gus Imam menutup wawancara dengan seruan agar para pemimpin negeri berani melakukan koreksi diri sebelum terlambat. “Rakyat memberi masukan bukan karena benci, tetapi karena cinta pada negeri ini. Jika pemimpin kehilangan empati, maka bangsa akan kehilangan arah. Kita tidak ingin sejarah mencatat kekuasaan hari ini sebagai kekuasaan yang gagal menghadirkan keadilan.”
Sebagai penutup, FUI Magetan menghimbau seluruh elemen masyarakat yang ingin menyampaikan pendapat di muka publik agar tetap menjaga kondusifitas di Kabupaten Magetan. Kebebasan berdemokrasi jangan sampai tercoreng oleh tindakan melawan hukum, perusakan, penjarahan, maupun aktivitas negatif lainnya. Semoga NKRI senantiasa dilindungi dari segala marabahaya dan perpecahan, serta mendapatkan rahmat Allah dalam menyelesaikan setiap persoalan kebangsaan. (red)
No Responses