banner 728x90

Subscribe Bisa Mengantarkan Ke Surga Dan Neraka

Menggalakan Shodaqoh Subscribe

jawatimur – Magetan – Mearindo – Dengan adanya kemajuan teknologi yang salah satunya melahirkan platform youtube, menjadikan sebuah realitas baru yakni migrasi para penikmat hiburan televisi yang berpindah ke dalamnya. Tentu semua orang tahu, dengan mengakses platform yang satu ini siapa saja bisa dengan leluasa menentukan konten yang seirama dengan kehendak hati dan pikirannya, semudah hanya cukup dengan memasukan kata kunci dalam mesin pencarian lalu secepat kilat semua yang berkaitan akan tersaji di depan mata.

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim)

Hanif Ikhsani M.pd (Pendidik di Perguruan Muhammadiyah Magetan) saat ditemui Mearindo.com, Selasa (21/12/2021) mengatakan, kemudahan ini tentu berkali lipat jika dibandingkan dengan harus duduk didepan layar kaca, menanti waktu hiburan yang diingini dengan sederet iklan yang menjeda tayangan hingga menunda kepuasan menyaksikannya.

Namun demikian, “sisi lain kehadiran platrform yang paling banyak dikunjungi oleh pengguna internet di indonesia ini adalah tidak adanya pengawasan/lembaga sensor terhadap konten-konten yang dihadirkan oleh para konten kreator. Sehingga praktis, semua jenis tayangan akan tersebar seluas-luasnya dan dapat dikonsumsi oleh siapa saja tanpa batas umur. Standar sensor secara tersirat hanya tinggal berada pada niat pengunggah dan daya filter yang menjadi pengguna platform tersebut.” ungkap Hanif

Padahal, lanjut Hanif, cara kerja yang tanpa sensor tersebut secara otomatis berkaitan dengan tingkat rating atas konten yang tersaji dan akan terus menerus muncul selama masih sering disaksikan. Disinilah letak kekhawatiran bermula, bila yang menjadi ranking teratas terus menerus adalah konten yang tidak bermanfaat, selalu menampilkan gaya hidup ala sultan yang serba fantastic lekat dengan kemewahan dan pemborosan, serta yang tak kalah merisaukan adalah konten pornografi yang disengaja agar menyedot perhatian demi meraih keuntungan lewat pundi-pundi adsens.

Lebih lanjut, Hanif mengungkapkan, tentu yang akan digadaikan adalah akal sehat serta moral generasi muda khususnya para pelajar, yang hingga kini mereka makin akrab dengan gawai yang tidak bisa dihindari akibat situasi daring yang melatar belakanginya. Hal ini terlihat dengan peningkatan pengguna internet yang di lansir dari laman Kominfo, bahwa pengguna internet di tahun 2021 meningkat 11 persen dari tahun sebelumnya, yaitu dari 175,4 juta menjadi 202,6 juta pengguna.

Alhasil, menempatkan Indonesia pada urutan peringkat ke 3 pengguna internet ternbanyak di asia. Artinya kita harus menyadari bahwa, “bila konten-konten hedonis, amoral, bahkan pornografi yang selalu menjadi hidangan teratas saat para kaum milenial maupun anak-anak kita beselancar di alam youtube, maka perlahan sekalipun mereka tidak jadi penikmat, alam bawah sadar akan berada dalam posisi biasa menyaksikan yang tidak benar menurut standar moral, akal sehat bahkan agama.”

Sehingga yang sangat di khawatirkan adalah tidak ada lagi kesadaran kritis untuk menyalahkan perilaku salah, oleh karena yang salah tersebut di hadirkan secara berulang-ulang dihadapan mata hingga berubah menjadi sesuatu yang wajar dan bebas nilai. Inilah efek yang menurut kent (2013) disebut sebagai umpan balik berupa respon atas apa yang telah disaksikannya.

Menyadari kehadirannya yang akan menjadi kiblat baru di dunia modern ini, saatnya jiwa-jiwa muda pemersatu moral bangsa terpanggil untuk memenuhi ruang-ruang youtube dengan membuat konten-konten positif dengan membawa narasi cerdas yang membentuk karakter anak bangsa yang sehat dengan mengembalikan marwah akhlak yang luhur, moral sosial ketimuran yang santun serta daya kritis kedalam jiwa anak negeri.

Di lain sisi, bagi kita yang belum mampu membuat narasi melalui konten tersebut masih bisa berbuat lebih dengan cara subscribe terhadap konten-konten yang membangun, mulia dan bemartabat.

Dan yang demikian tidak lain adalah bagian dari shadaqoh, shadaqoh terhadap konten creator maupun terhadap orang lain saat kita meneruskan pesan kebaikan tersebut. Bila kita gerakan jemari untuk mensubscribe konten positif terlebih yang berisi pesan mulia agama, maka sejatinya kita telah berusaha melakukan jihad media dalam rangka mengangkat konten manfaat dan mencegah konten mafsadat yang akan merusak generasi masa depan.

“Apalagi, melindungi generasi muda dari sampah pikiran negatif, tentu sejalan dengan upaya yang dilakukan oleh lembaga pendidikan formal yang berusaha membentuk karakter anak bangsa dengan memasukan nilai-nilai unggul, maupun keluarga sebagai pilar pendidikan non formal dan utama bagi anak-anak.”

Sekali lagi, mari kita peduli terhadap mereka yang berjuang menyelamatkan nalar sehat serta moral anak-anak kita dengan mengkampanyekan shadaqoh subscribe terhadap konten positif dan membangun. pungkasnya (G.Tik)

banner 468x60

No Responses

Tinggalkan Balasan