banner 728x90

Mendengar Saudara Tertimpa Musibah? Itulah Panggilan Terhadap Kita Untuk Berbuat Baik

Jawatimur – Magetan – Mearindo – Pada 4 desember beberapa hari yang lalu, penduduk lumajang dan warga negeri di kejutkan dengan wajah lain dari sisi maha meru yang dikenal eksositis dan tak habis keindahan bagi setiap pandangan yang menikmatinya.

Melalui vidio yang berseliweran di media sosial, betapa kita menyaksikan kepanikan manusia dari beragam usia tak kuasa menahan ketakutan berlarian tak tentu arah, melihat momok asap tebal yang di muntahkan oleh maha meru yang mengancam jiwa.

Tak lama berselang, di bawah kaki gunung suasana senja berubah gelap gulita tertutup asap dan hujan debu vulkanik. Keesokan harinya, BPBD setempat merilis sekurang-kurang 13 jiwa menjadi korban, puluhan lainnya luka-luka. Belum lagi korban infrastruktur, lahan pencaharian, ternak dan lainya yang masih dihitung kerugiannya hingga kini. kata Hanif Ikhsani, M.Pd. (Kabid Dakwah PDPM Magetan) saat ditemui Mearindo.com, pada Selasa (7/12/2021) di sela kegiatan rutin di Mts Genilangit, Poncol.

“Dalam tangis dan duka, semua menyadari bencana ini bagian dari musibah bersama sesama anak negeri yang bermula dari sebab yang tunggal yaitu maha meru. Di lain sisi, bila kita kembali memeriksa ajaran Al-Qur’an maha meru yang kokoh hanyalah akibat, sebab ia hanyalah makhluk yang patuh akan Tuhannya hingga tak sedikitpun asap yang keluar kecuali atas perintah Tuhan sang Pemelihara.” tuturnya

Oleh sebab itu, Hanif melanjutkan, bagaimana seyogyanya kita melihat musibah ini? Musibah, waktu untuk refleksi. “Ketika musibah datang menimpa, baik melalui gempa bumi, banjir, tsunami, gunung meletus dan seterusnya, sejatinya manusia sedang diingatkan oleh Allah agar menyadari dirinya adalah sebagai makhluk yang tidak berdaya dan tidak punya kuasa apa-apa di hadapan bencana alam yang sudah Ia atur kedatangannya.”

Melihat hal tersebut, sebagai seorang yang beriman, dalam menghadapi musibah bencana yang datang hendaknya ia memandang sebagai sebuah cermin untuk melihat kedalam diri, merefleksikan atas perbuatan yang selama ini telah di lakukan.

“Apabila di dalam dirinya disadari ada perilaku yang belum baik adanya, maka inilah waktu yang tepat yang Allah berikan untuk meluruskan atas perbuatan yang belum sejalan dengan perintah serta larangan-Nya.”

Sehingga setelahnya akan menjadi titik balik yang akan merubah dan menentukan nasib di kehidupan berikutnya yang masih harus di perjuangkan. Namun bila dalam bercermin ia sudah merasa patut, telah melakukan perjalanan hidup dengan ikhtiar terbaik dalam dimensi transendental maupun sosial, maka tibalah ia dalam memaknai musibah sebagai sebuah ujian dari Allah yang harus dilaluinya semata hanya untuk menguji kualitas diri hambanya agar ia siap untuk diangkat ke derajat yang lebih tinggi.

Pun demikian, musibah sebagai kaca benggala untuk merefleksi diri tidak hanya dikhususkan kepada mereka yang tertimpa musibah. Karena, boleh jadi peristiwa bencana menjadi momen peringatan kepada kita yang jauh di luar jangkauan musibah.

“Pelajaran yang bisa diambil hikmahnya adalah kita sebagai manusia sepantasnya menyadari diri bahwa kita adalah makhluk yang lemah di kolong alam semesta, tidak mempunyai daya dan kuasa apapun sehingga tidak bisa menolak kejadian di luar diri kita maupun lari menghindar darinya. Ahir dari perenungan tersebut seharusnya menyisakan kesadaran, bahwa tidak ada jalan lain kecuali berserah diri dan bergantung sepenuhnya kepada Maha yang memiliki otoritas tertinggi dan yang menjamin keselamatan seluruh makhluk ciptaannya.”

Lebih lanjut, Hanif menuturkan, “Ketika musibah terjadi, dalam sekejap hilang apa yang telah dimiliki oleh manusia selama hidup. apa yang selama ini dicintainya dan melekat bahkan ia banggakan hilang dalam hitungan detik. Banyak diantara mereka yang pada hari kemarin masih ia jalani dengan penuh kebahagiaan hidup dalam gelimang harta kekayaan serta fasilitas dunia yang lain. Atau kebahagiaan hari yang lalu ia jalani sekedar dengan berkumpul dengan keluarga yang sangat dicintainya sehingga menjadi sumber kebahagiaan terbesar.”

Namun esoknya ketika terbangun, ia mendapati dirinya dalam keadaan berbeda. Harta yang selalu dinikmatinya telah hilang entah kemana, keluarga yang sangat di cintainya telah tiada. Mendadak ia menjadi papa dan tak punya siapa-siapa. Status sosial hilang, keakuan diri yang sangat dimaknai menjadi tidak berarti lagi.
Musibah menjadikan semua manusia sama rata dalam hal uluran tangan dan perhatian.

Darinya kita harus sadar diri, bahwa apa yang menjadi milik kita tak sepenuhnya milik kita sehingga harus mempersiapkan diri tatkala apa yang bukan menjadi sepenuhnya tesebut di ambil oleh sang Maha memiliki segala yang ada, bahkan jiwa kita. Tidak ada cara lain kecuali melepasnya dengan rasa ikhlas seraya selalu berprasangka baik kepada Allah SWT.

“Bagi kita orang-orang yang berada di luar bencana, inilah saatnya kita maknai sebagai momentum kesempatan untuk berbuat baik. Kita kerahkan seluruh kemampuan yang kita miliki, baik kebijakan, koneksi, uluran tangan berupa harta maupun tenaga terbaik demi membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan dalam bencana. Jadikan mereka yang tertimpa bencana sebagai saudara kita yang harus kita bantu tanpa syarat, sehingga yang lahir adalah semangat untuk memberi dan berbagi dalam takaran yang terbaik.”

Boleh kiranya, momentum berbuat baik ini kita sandarkan pada low of effect (hukum sebab akibat), dimana perbuatan baik dengan membatu saudara-saudara yang terkena bencana hari ini, akan menjadi alasan untuk memudahkan hidup kita suatu hari nanti. Karena di dalam ajaran Islam yang mulia ada prinsip dimana kebaikan akan di balas tidak lain dengan kebaikan yang sama pula.

“Dan barang siapa yang menolong kehidupan seseorang, maka baginya balasan pahala seolah menolong kehidupan seluruh mahluk yang hidup di dunia.”

Sekaranglah saatnya kita bergandengan tangan untuk menunjukan rasa persatuan kita sebagai anak bangsa yang satu dan lebih kuat diikat dengan rasa kemanusiaan yang lebih luas. Semoga Allah senantiasa memudahkan saudara yang membantu saudaranya. pungkas Hanif (G.Tik)

banner 468x60

No Responses

Tinggalkan Balasan