banner 728x90

Kejujuran dan Kebenaran

Lilik Abdi Kusuma Wartawan Mearindo.com
Magetan Mearindo.com
– Suatu hari teman bertanya Lik, apa itu kejujuran ? “Kejujuran adalah
bertindak secara fisik maupun verbal sesuai dengan aturan yang ada,”jawabku.
Konteksnya
bagaimana ?, dengan penasaran teman tersebut bertanya lagi “hemmmmm konteksnya
adalah jujur ketika ada kesempatan untuk jujur dan jujur ketika ada kesempatan
untuk tidak jujur,” jawabku lagi
“Wah saya
bingung Lik, jangan buat saya bingung dech,” keluhnya.
Dengan tenang
kujelaskan, konteks pertama itu adalah konteks kejujuran yang relatif mudah
untuk kita laksanakan karena perangkat-perangkat pendukung kejujuran itu
tersedia dengan lengkap.
Contohnya
ketika sedang berkendara dari jarak 100 meter nampak terlihat ada sweeping lalu
lintas, kamu tidak perlu berhenti dan mencari jalan pintas menghindar karena
kamu memiliki SIM, STNK dan dokumen-dokumen lainnya yang membuat kamu tidak
akan terjaring razia lalu lintas itu.
Itu
kesempatanmu untuk jujur kepada polisi bahwa kamu lengkap dan berhak melaju segera setelah pak polisi memeriksa
kelengkapan surat-suratmu.
Oh begitu, trus
konteks yang kedua?, dengan penuh penasaran. Hemmmm konteks kedua adalah
konteks yang sulit untuk jujur tapi kita harus jujur. Contohnya ketika seseorang
datang kepadamu untuk mengisi suatu jabatan penting dengan syarat harus
memenuhi 10 jenis kriteris yang diminta.
Setelah
melihat kriteria itu ternyata ada 1 kriteria yang membuat kamu tidak mampu
menggenapkan eligibilitasmu untuk tawaran tersebut. Disisi lain
kamu mempunyai kesempatan untuk memanipulasi 1 poin tersebut sehingga nampak eligible. 1 poin tersebut simpel
dan formalitas kadarnya namun kesempatan untuk jujur pada waktu itu lebih
berharga ketimbang posisi menggiurkan tersebut, jawabku panjang lebar, tapi kan itu hanya formalitas Lik, sanggahnya
“Ya itu
formalitas tapi kamu kehilangan kesempatan untuk memperbaiki diri dengan
berkata jujur pada kondisi dimana seharusnya jujur,” jelasku lagi.
“Bagiku itu
tidak masalah Lik karena nanti kita bisa bayar ketidakjujuran itu dengan
mengemban amanah saat melaksanakan dalam posisi yang ditawarkan itu,” tegasnya
“Itu cuman
justifikasimu saja. Hal baik harus dimulai dari niat yang baik dalam hati,
dilaksanakan dalam konteks dan cara-cara yang baik dan insyaAllah nantinya akan
menghasilkan hasil yang baik dan berkah pastinya,” jawabku dengan tenang.
Lik, kesempatan
itu tidak datang 2 kali, teman itu mencoba meyakinkanku lagi dengan logikanya. Sambil
tersenyum kecil kujawab, kesempatan itu akan datang berkali-kali bagi mereka
yang siap lahir batin dan siap untuk jujur.
Allah telah
menebarkan rejeki untuk umatnya, jangan takut tidak mendapat selama kita berada
dilajur yang benar. Satu hal yang penting adalah jangan asah kemampuan kita
untuk memanipulasi sebuah kebenaran dan mencari pembenaran untuk situasi yang
kita benarkan tersebut.
Terus apa
ukuran ketidakjujuran Lik tanya dia lagi, “Ukuran ketidakjujuran adalah bukan
ketika kita membohongi orang lain tapi melainkan membohongi diri sendiri dan
Tuhan. Hal tersebut sangat jelas ketika kita bertanya kepada hati nurani tapi
ketika kamu bertanya kepada rasio kamu, maka pasti ada saja pembenaran yang
akan dikeluarkan oleh akal. Ikuti hati nuranimu dan kuatkan dengan rasiomu
setelahnya. Bangunlah integritas melalui kejujuran” Wajahnya memerah tak punya
argument balasan.
Tiba-tiba
dia mengalihkan ke pertanyaan lain, apa itu kebenaran ? Segera kujawab, jika
dikaitkan dengan pembicaraan kita ini kebenaran adalah ketika hati kita mampu
dengan tegas kepada diri kita sendiri menjawab pertanyaan apakah jalan yang
kutempuh ini benar atau salah? dengan jawaban Ya ini salah saya harus
meninggalkannya atau Ya ini benar saya harus mengambilnya dan berusaha sekuat
tenaga.

Belum
sempat berbicara lebih jauh tentang kebenaran handphone masing-masing berdering
dan kami pun bergegas pergi. (Ditulis oleh : Lilik Abdi Kusuma Wartawan
Mearindo.com)

banner 468x60

No Responses

Tinggalkan Balasan