banner 728x90

Pedoman Rebut Jakarta I Mitos Petahana

Pedoman Rebut Jakarta I Mitos Petahana
Foto: Peresmian Markaz Dakwah dan Jihad Majelis Mujahidin
 

Oleh: Alfian Tanjung

Ahok, alias dari Basuki Tjahaya Purnama adalah seorang anak
keturunan yang dibesarkan ditanah Melayu. Menjadi Gubernur bukan karena pilihan
masyarakat Jakarta yang 85,53 % adalah Muslim. Pasca pilkada DKI pertanggal 20
September 2012, dimenangkan oleh pasangan Jokowi-Ahok, Duet Duo Cino yang masih
malu-malu menegaskan misi Po An tui-nya, diwujudkn oleh Tjahyo Kumolo dengan
meresmikan Patung Pengkhianat laskar bentukan Belanda tersebut, dalam rangka
membela misi imprealisme, yang bertugas untuk mengintimidasi kaum pribumi.
“Kehebtan Ahok” telah menjadi mitos, dongeng dan
manisan gula-gula yang ditengahnya terdapat rasa pahit yang mematikan yakni
“Penindasan Konsitusional”, contoh yang sangat kasat telinga dan
mata: Sejak bulan maret 2016 warga Jakarta membayar Pajak dengan 0 rupiah, hal
ini akan menjadi beban berupa bom waktu, baik ketika dia kembali menjadi
Gubernur atau bagi penggantinya, menjadi bom waktu. Karena setelah pelantikan
Gubernur periode 2017-2022 masyarakat harus membayar pajak 10x lipat dari
jumlah nominal yang dinaikkan secara berkala.
CUCI OTAK yang dilakukan oleh media cetak, elektronik dan
online yang merupakan kawan atau gerombolan Po An Tui, Ahok dan gerombolannya,
membuat sebagian kecil masyarakat Jakarta terpengaruh, mereka menjadi Ahok
Mania atau Teman Ahok/Teman Mabok.
BERSIHKAN HATI & OTAK dengan kalimah Tauhid, bisa
dipastikan akan menggerus mitos hebatnya, beraninya, suksesnya Ahok. karena
semua ini permainan pencitraan dan strategi Tsun Zu. Ahok, bukan milik
kita,  kita juga tidak ada dalam pikiran ahok, dia pengabdi Investor,
bukan pengabdi masyarakat.
Untuk itu semua pada para Ulama, Intelektual
Muslim dan tokoh masyarakat Adat baik betawi maupun seluruh  Indonesia,
harus mengintensifkan silaturahimnya, karena jelas Quran dan sunah Rasulullah
mengharamkan memilih pemimpin untuk umat Islam dari kalangan non Muslim atau
Kafir. Dengan hancurnya Mitos Petahana atau incumbent tersebut kita sudah punya
modal awal untuk menjadikan Tanah Betawi tetap menjadi tanahnya para abang dan
mpok yang hobinya mengaji.

(13/3/2016)
Posted by Alfian
Tanjung
banner 468x60

No Responses

Tinggalkan Balasan