Nekat Jualan Pentol Untuk Biaya Sekolah
Mearindo Karanganyar -Terhimpit ekonomi dan hidup dengan kekurangan ternyata tidak memadamkan semangat Agus Prasetyo (16) tahun untuk bersekolah dengan biaya dari keringatnya sendiri. Agus Prasetyo remaja asal Desa Pacot, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah yang masih duduk dibangku kelas 3 SLTP Amal Mulia Tawangmangu ini tidak malu berjualan Pentol sejenis makanan yang terbuat dari tepung dan camouran daging ini demi membayar uang sekolah dan kebutuhan sehari – hari. Sabtu, 9/11/14
Agus Prasetyo anak dari Suroso (55) tahun dan Sadinem ini mengaku sudah berjualan Pentol kurang lebih 3 tahun sejak duduk dikelas 1 SMP, hal ini dilakukannya lantaran kondisi ekonomi orang tuanya yang kurang mampu memenuhi tuntutan kebutuhan sehari hari. Agus yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara ini mengaku pernah putus asa karena keterbatasan kedua orang tuanya hampir mekaksanya berhenti sekolah sampai tamat Sekolah Dasar saja. Namun setelah berpikir panjang Agus tetap nekat minta kepada kedua orang tuanya untuk menyekolahkan SMP dan Agus berjanji akan turut membantu mencarikan uang untuk membayar kebutuhannya sendiri serta membantu kedua adiknya yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar.
“Saya dulu hampir tidak bisa masuk sekolah SMP mas karena orang tua tidak mampu, tapi saya maksa dan janji mau bantu bapak ibuk nyari uang buat sekolahku dan bantu adik adiku”. ratap Agus
Kepada Mearindo Online, Agus menuturkan bahwa aktifitasnya setiap hari adalah sekolah dan jualan Pentol. Sejka pagi jam ia berangkat ke Sekolah yang berjarak 4 KM dari rumahnya dengan naik angkitan umum, kemudian pulang jam 13.15 Wib. sesampainya dirumah ia ganti baju kemudian ibadah dzuhur, dan setelah makan siang Agus bergegas menjajakan Pentol atau Cilok ini keliling kampung hingga menjelang Magrib.
Dalam keseharianya, Agus menjajakan Pentol Cilok yang dibuat bapaknya sendiri tersebut mengaku tidak menyesal ataupun malu melakukan semua ini. Dalam setiap harinya Agus mengaku bisa menyisihkan uang 15 sampai 20 ribu tiap hari untuk ditabung, dan jika hari libur Agus mampu mengumpulkan uang 150 sampai 250 dengan catatan daganya habis.
Sementara itu Suroso, orang tua Agus mengaku bangga dan bersyukur karena memiliki anak yang mengerti keadaan orang tuanya yang masih serba kekurangan. Meskipun pada awalnya kasihan namun kerena melihat tekat anaknya yang begitu kuat untuk bersekolah, akhirnya Suroso membolehkan anak keduanya ikut berjualan sendiri sepulang sekolah.
“Saya kalau pagi jualan pentol cilok dan pulang sore, tapi karena tidak mencukupi untuk membiayai semua anak saya yang masih sekolah akhirnya Agus nekat ikut jualan” ratap Suroso
Agus dengan berjualan Pentol Cilok berharap ia bisa menyelesaikan sekolahnya hingga SLTA dan bisa beli motor sendiri untuk berjualan. ia menambahkan, terkadang merasa capek karena kondisi jalan yang naik turun dan berjualan menggunakan sepeda pancal. Berbeda kalau hari minggu atau libur Agus bisa meminjam grobag dan motor bapaknya untuk berjualan dan menjacari pembeli yang agak jauh.
Remaja yang bertubuh kurus dan berkulit sawo mateng ini jika hari minggu atau hari libur biasa menjajakan daganganya dipinggir jalan sepanjang Jalan Raya Magetan – Tawangmangu. Dengan berbekal tikar dan payung Agus menawarkan Pentol Ciloknya ke pengendara yang melintas atau wisatawan yang sengaja berlibur sebatas duduk dipinggir jalan tembus saja. (Ansanusi)
No Responses