banner 728x90

Berkah Sampah Lawu Jangan Jadi Musibah

 Sampah Lawu Membawa Berkah Jika Tidak Ada Yang Menjaganya
Mearindo Magetan
Bulan Muharram atau orang
menyebutnya dengan Bulan Syuro merupakan salah satu waktu musim pendakian di
Gunung Lawu. 26/10/14. Tidak kurang dari 3. 500 pendaki datang dari berbagai
penjuru untuk melakukan pendakian ke puncak Lawu dan merayakan malam pergantian
tahun baru 1436 hijriyyah atau tepatnya 25 Oktober 2014 Masehi.
Ribuan pendaki tersebut pada umumnya membekali
diri masing masing dengan perlengkapan dan perbekalan konsumsi selama
pendakian. Hal ini tentunya bisa dipastikan kedatangan ribuan pendaki tersebut
akan meeninggalkan tumpukan sampah di Gunung Lawu seperti bungkus rokok,
plastik bungkus makanan, botol air mineral maupun botol kaca minuman suplemen
lainnya.
Pak Gendut 50 tahun warga sekitar Pos Cemoro Sewu
merasa prihatin dengan kondisi Lawu tiap tahunnya selalu bertambah sampah yang
ditinggalkan para pendaki gunung. Oleh sebab itu Gendut meluangkan waktu pada
tiap musim pendakian untuk mengumpulkan dan menampung sampah sampah tersebut
dari para pendaki yang turun.
Dari sampah yang dikumpulkanya, dilakukan
pemilahan antara sampah yang bisa didaur ulang dan sampah yang tidak bisa
dimanfaatkan. Untuk sampah yang bisa didaur ulang seperti botol minuman dan
plastik dikumpulkan untuk kemudian dijual ke pengepul. Sedangkan sampah yang
tidak bisa diolah dibakar pada tempat yang disediakan di sekitar pos Cemoro
Sewu.
Menurutnya dari tiap musim pendakian dia
mengumpulkan abu pembakaran sampah tidak kurang dari satu truk, ini jumlah yang
tidak sedikit. Sebab kalau dibuang sembarangan akan membuat kotor alam dan
mengurangi kesuburan tanah hutan lawu. Dan jika dibakar disembarang tempat juga
berpotensi meenimbulkan kebakaran hutan.
“Saya prihatin mas kalau sampah sampah tidak
dikumpulkan betapa kotornya gunung lawu. Dan jika dibakar akibat kelalaianya
hutan jadi terbakar. Makanya saya kumpulkan sampah sampah ini”
ujar Gendut
Selain itu dari keprihatinannya Gendut mengaku
mendapat untung karena sampah yang dikumpulkannya ada yang beli. Ia mengaku
pada awalnya tidak ada niatan menjualnya, karena dia melakukannya sebagai wujud
kepedulian lingkungn, namun ketika dia melakukan penimbunan sampah banyak
akhirnya merasa keebingungan juga lantaran rumahnya dipenuhi botol botol
minuman. Hingga akhirnya datang pengepul sampah dan membelinya dengan harga 2
ribu perkilo untuk plastik botol bekas.
Gendut mengaku uang hasil sampah tersebut
sebagian dimanfaatkan untuk kegiatan sosial mengajak teman temanya membersihkan
gunung lawu pada pasca musim pendakian dengan membersihkan abu bekas pembakaran
yang dilakukan para pendaki gunung.
Sementara itu menurut Handoko 40 tahun asal Tegal
Mulyo, Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres, Solo salah satu pendaki yang
datang dengan membawa 15 temanya sengaja memanfaatkan waktu liburan untuk melakukan
pendakian lawu. Handoko kepada media Mearindo merasa bangga masih ada pemerhati
lingkungan seperti yang dilakukan Pak Gendut mengumpulkan sampah gunung.

“Kami merasa bangga ternyata masih ada orang
yang peduli melestarikan alam dengan menjaga kondisi kesuburan hutan agar
terhindar dari sampah, ini meerupakan pelajaran bagi kami agar jangan buang
sampah atau bahkan meninggalkan sampah di gunung”
ungkap Handoko.
Seperti yang kita ketahui bahwa pada musim
kemarau hutan Lawu sering terjadi kebakaran akibat kemarau dan bannyak juga
yang diduga akibat kelalaian para pengunjung lawu yang membuang puntung rokok
sembarangan atau meninggalkan sisa pembakaran api unggun begitu saja.

 

Sementara itu menurut data jumlah
pendaki Gunung
Lawu yang terdaftar di pos loket pintu masuk Cemoro sewu terdapat kurang
lebih 3. 500 pendaki sejak 24 sampai 26 Oktober 2014. Jumlah tersebut
dipastikan bisa
lebih karena tidak sedikit dari pendaki yang tidak mengisi data di pos
masuk
dan memilih masuk lewat jalur tidak resmi. Sebagaimana yang diungkap
Agus salah satu penjaga pos Cemoro Sewu yang menyebutkan banyak diantara
pendaki yang tidak melakukan pendataan diri dan masuk lewat jalur resmi
pendakian dengan memilih masuk lewat jalan setapak pencari kayu bakar.
“Sejak tanggal 24 Oktober kemarin sudah ada 3 ribu pendaki mas, jadi dipastikan jumlahnya lebih dari itu sekitar 3.500an” terang Agus
Gunung Lawu yang berada di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah memang memiliki panorama alam yang indah, dan juga menyimpan sejuta misteri dan legenda.
Gelaran flora dan fauna di Lawu terlihat masih terjaga akibat dari
perlakuan baik para pendakinya dan juga penjaga Lawu. Semoga hingga
nanti akan tetap demikian. Gunung Lawu tetap berpagar alam.
Meskipun menyimpan sejuta misteri, banyak wisatawan lokal yang sekadar
melepas penat sambil menikmati kesejukan udara pegunungan. Di kaki
Gunung Lawu, tepatnya sekitar jalan masuk Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang, juga banyak berdiri warung makanan dan minuman. Gunung Lawu pun
tak pernah sepi dari para pendaki yang mencoba untuk mendakinya,
terutama setiap pergantian Tahun Baru Jawa atau dikenal dengan bulan
Suro
dan masa liburan.

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, Gunung Lawu dipercaya
sebagai tempat pertapaan dari Raden Brawijaya V, Raja Majapahit yang
terakhir
. Oleh masyarakat setempat, namanya juga dikenal dengan Sunan
Lawu
.

Gunung Lawu memiliki kawah yang sangat terkenal, yakni
Kawah Condrodimuko. Selain itu di Gunung Lawu, banyak sekali tempat yang
dianggap keramat, seperti Sendang Drajat, Hargo Dalem, Hargo Dumilah,
Pasar Dieng, Batu Tugu Punden Berundak, Lumbung Selayur, Telaga Kuning
,
dan masih banyak lagi. Meskipun demikian, di Gunung Lawu tumbuh banyak
bunga Edelweis berwarna merah muda, kuning, dan putih terutama di lembah
dan lerengnya. (Lana)
 

banner 468x60

No Responses

Tinggalkan Balasan