banner 728x90

DAMPAK KEMARAU – KEPALA SEKOLAH TARIK UPETI AIR KESISWA DIHENTIKAN KADINDIK

Mearindo Magetan – 
Sudah hampir enam bulan ini, siswa SMPN 1 Ngariboyo Kabupaten Magetan setiap masuk sekolah diwajibkan membawa air sebanyak 1,5 liter setiap siswa.Kewajiban ini selain membebani siswa, juga berakibat merugikan warga warga sekitar sekolahan, karena rekening air warga melonjak.

“Saya biasanya bayar rekening PDAM setiap bulannya hanya Rp. 20.000,- (duapuluh ribu rupiah) tapi sejak enam bulan lalu bayarannya sampai Rp. 60.000,- (enampuluh ribu Rupiah). Ini karena siswa yang rumahnya jauh dari sekolahan selalu mengambil air di kran saya,” kata Boneran warga Desa / Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan, salah satu warga yang merasa dirugikan akibat kebijakan SMPN 1 Ngariboyo kepada Mearindo Online, (22/10/2014).

Memang kami tahu, lanjut Boneran siswa mengambil air dengan wadah botol bekas air minum kemasan, dia tidak bisa melarang apa lagi kebanyakan yang mengambil air lewat kran PDAM itu anak tetangga yang rumahnya agak jauh dari sekolahan. “Bagaimana serba tidak enak, kita kan juga punya anak, apalagi anak-anak sekolah itu juga anak tetangga disini,” terang Boneran yang bekerja sebagai sopir itu.

Tapi mulai hari ini siswa SMPN I Ngariboyo, Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan tidak lagi terlihat membawa botol saat berangkat dan pulang sekolah. Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik) Kabupaten Magetan Bambang Trianto nampak terkejut mengetahui adanya kebijakan SMPN I Ngariboyo, yang mewajibkan setiap siswanya membawa air setiap masuk sekolah. Lantaran itu, Kadindik minta kewajiban bawa air siswa dihentikan.

“Saya minta kewajiban bawa air itu dihentikan. Anak sekolah wajibnya belajar, bukan dibebani membawa air seperti itu,”,”kata Kadindik Bambang Trianto kepada Mearindo Online lewat ponselnya, Rabu (22/10/2014).

Kadindik mengaku sudah mengonfirmasi kepada Kepala SMPN I Ngariboyo, selain memerintahkan menghentikan, Dindik juga minta warga yang dirugikan akibat kebijakan itu didatangi, minta maaf dan mengganti biaya rekening air PDAM yang diambil siswa SMPN I tanpa izin.

“Kepala SMPN I Ngariboyo sudah bersedia untuk mengganti biaya rekening air yang dikeluarkan warga, juga meminta maaf ke warga itu,”kata Bambang Trianto seraya mengatakan prihatin dengan keresahan warga Ngariboyo akibat kebijakan yang dikeluarkan SMPN I Ngariboyo.Mestinya, lanjut Kadindik Bambang, kalau SMPN I Ngariboyo terjadi krisis air, akibat kemarau dan air PDAM tidak lagi bisa mencukupi untuk menyirami tanaman hias sekolah, bisa minta kiriman air dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Magetan atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

“Kalau kurang air mestinya bisa ke BLH atau BPBD. Memang kedua instansi ini yang seharusnya bertanggungjawab memenuhi kebutuhan air untuk sekolah sekolah. Jangan siswa yang dibebani bawa air,”jelas Bambang.

Sementara informasi yang dihimpun dari warga di Desa Ngariboyo, sejak berita itu terekpos, Kepala SMPN I Ngariboyo memerintahkan Sujarno, guru elektro untuk bertemu warga yang disebut. Tapi utusan SMPN I Ngariboyo itu tidak sekalipun mengutarakan masalah ganti biaya rekening air PDAM milik warga yang dipakai siswa SMPN I Ngariboyo.

“Menurut Pak Boneran, guru yang diutus sekolah itu hanya memang benar ke rumah dengan membawa buah tangan lima bungkus mie instant, dan satu 1 bungkus gula dengan berat 1 kilogram,”kata Herjuna, warga Dusun Jetis, Desa/Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan yang juga menjadi korban kebijakan SMPN 1 Ngariboyo itu.

Dikatakannya, alasan sekolah kalau air PDAM tidak mencukupi untuk menyirami tanaman itu tidak sesuai fakta. Apalagi mewajibkan siswa membawa air untuk tanaman obat keluarga (toga) di setiap kelas, itu tidak benar.
“Semua murid tahu, kalau sejumlah guru sering mencuci mobil di sekolah menggunakan air PDAM, dan alasan menyiram toga itu juga tidak benar, toga hanya di belakang mushola. Depan kelas hanya tanaman hias,”kata Herjuna menirukan siswa SMPN I Ngariboyo tetangganya.

Dengan terungkapnya kebijakan aneh SMPN I Ngariboyo ini, sebagai pengalihan isu, sekolah yang pekan depan akan maju mengikuti lomba lingkungan tingkat nasional memperebutkan penghargaan Adiwiyata itu, mengundang sejumlah media untuk meliput kegiatan sholat istighosah minta hujan.(lak/red)

banner 468x60

No Responses

Tinggalkan Balasan