banner 728x90

Menjaga Lisan Ciri Muslim Sesungguhnya

Hanif Ikhsani, M.Pd. (Kabid Dakwah PDPM Magetan)

Hanif Ikhsani, M.Pd. (Kabid Dakwah PDPM Magetan)

Menjaga Lisan Ciri Muslim Sesungguhnya
Jawatimur – Magetan – Mearindo – Seorang manusia yang menempatkan dirinya sebagai makhluk sosial tidak mungkin dapat lepas dari interaksi yang terjalin antara satu individu dengan lainnya dalam sebuah wadah sosial. Interaksi tersebut terbangun melalui bahasa komunikasi yang keluar dari lisan.

Sedemikian pentingnya arti lisan dalam mengucapkan sebuah bahasa komunikasi, bila yang timbul adalah perkataan yang baik maka efek manfaatnya tidak hanya kepada diri pribadi, melainkan meluas kepada orang banyak. tutur Hanif Ikhsani, M.Pd. (Kabid Dakwah PDPM Magetan) saat ditemui Mearindo.com, pada Selasa (9/11/2021) di sela kegiatan rutin di Mts Genilangit, Poncol.

Namun begitu sebaliknya, lanjut Hanif, “bila bahasa komunikasi buruklah yang keluar dari lisan maka pengaruhnya akan meluas hingga menyebabkan disharmoni bahkan disintegritas dalam kehidupan sehari-hari.”

Oleh karenanya, “Islam sebagai agama yang komprehensif, jauh sebelumnya telah mengingatkan kepada manusia agar berhati-hati menjaga lisan dengan cara menghiasinya dengan perkataan yang baik.”

“Bahkan sebagaimana sabda Nabi SAW, Bila tidak sanggup bertutur kata yang baik, maka lebih baik diam. Sehingga di ibaratkan diam dari mencegah perkataan yang tidak baik laksana emas. Bila diam sebagai pilihan untuk menghindar dari tutur kata yang buruk layaknya emas, maka seorang mukmin yang mampu berkata yang baik tentu lebih mulia dari sekedar diam.”

Hanif melanjutkan, lantas bagaimana etika seorang muslim dalam menjaga lisanya agar bertutur kata yang baik? Ada beberapa kategori perkataan yang baik sebagaimana petunjuk Al-Qur’an diantaranya sebagai berikut;

Pertama, “berkata yang baik (Qaulan ma’rufa), dari segi bahasa Ma’rufa identik dengan kata ‘urf atau budaya. Quraish Shihab memaknainya sebagai kata yang baik dan diterima oleh nilai-niai yang berlaku di masyarakat. karakter mukmin ini menempatkan dirinya menjadi pribadi yang sangat berhati-hati dalam berucap. Apa yang keluar dari mulutnya tidak lain adalah kata-kata yang baik sehingga memantaskan dirinya sebagai manusia, terutama dengan status tertentu semisal; Guru, Da’i mapun tokoh dalam masyarakat.”

karakter Muslim semacam ini lisanya penuh dengan kebaikan, tidak mudah menyinggung orang lain, serta jauh dari kesan profokatif. Sehingga kepada siapa saja, semangat bicaranya adalah semangat mendekatkan, bukan sebaliknya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Qs. Annisa:5.

Kedua, “berkata lemah lembut (Qaulan layyinan), ayat yang berkenaan dengan ini adalah Qs. Thoha:44. Didalamnya mengisahkan Nabi Musa As yang berusaha mendakwahi Fir’aun sang raja yang amat sombong (menolak kebenaran), tutur kata yang lembut ini bertujuan sebagai strategi dalam berdakwah. Dimana menekankan adanya dialog untuk membuka ruang nalar sehingga timbul kesadaran. Cara bertutur semacam ini sangat dianjurkan kepada orang tua terhadap anak-anaknya, para pendidik maupun muslim pada umumnya yang hendak menyampaikan nasihat kebenaran.”

Ketiga, “berkata mulia (Qaulan Karima),di lihat dari segi bahasa karima berasal dari kata karuma yakrumu karman karimun yang berarti mulia. Kata karima sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Isra:17. Diantara maknanya ditujukan kepada para anak agar mampu berkata yang mulia kepada kedua orang tuanya. Berdasarkan hal tersebut, seorang muslim dengan karakter ini selalu mengusahakan kata-kata yang mulia terhadap lawan bicaranya, layaknya ia sedang berhadapan dengan kedua orangtuanya.”

Keempat, “berkata yang jelas (Qaulan Sadida), merujuk pada Qs. Al-Ahzab:70, kata sadida berarti jelas, jernih, terang. Hal ini bermaksud bahwa seorang muslim yang mukmin maka dalam perkataanya jelas kebenarannya, tidak mengada-ada, palsu (hoaks) sehingga tidak meninggalkan keragu-raguan maupun fitnah dari perkataanya.”

Hanif menambahkan, “setidaknya ada empat macam petunjuk bertutur kata yang baik, agar kita menjadi pribadi muslim yang mampu menjaga lisannya agar selamat dari fitnah dunia, sekaligus dihari penghisaban kelak di negeri abadi.” tutupnya (G.Tik)

banner 468x60

No Responses

Tinggalkan Balasan