Menyalakan Kembali Spirit Kepahlawanan Ulama dan Santri
Menyalakan Kembali Spirit Kepahlawanan Ulama dan Santri: Sebuah Refleksi Hari Pahlawan 2024
Oleh : Gus Imam (Pengasuh Ponpes Raden Patah Magetan)
Tanggal 10 November selalu menggetarkan jiwa. Hari itu bukan hanya lembar sejarah, tapi kisah tentang semangat juang dan pengorbanan. Pada hari itu, darah dan nyawa dipertaruhkan demi tanah air tercinta, bukan hanya oleh para tentara, tapi oleh ulama dan santri yang dengan gagah berani maju dalam pertempuran. Hari Pahlawan mengajak kita bukan hanya mengenang, tetapi meresapi dan menghidupkan kembali api perjuangan mereka di dalam diri kita, dalam kehidupan sehari-hari, sebagai santri, pemuda, dan seluruh rakyat Indonesia.
Peringatan Hari Pahlawan 2024 ini mengusung tema besar: mengingat peran ulama dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan. Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, yang dipicu oleh Resolusi Jihad dari Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, membuktikan bahwa ulama dan santri bukan sekadar pembimbing ruhani, tapi benteng fisik dan moral bangsa. Resolusi itu adalah panggilan sakral bagi seluruh umat Islam di tanah air untuk mempertahankan harga diri bangsa dan agama, sekaligus simbol keberanian tak tergoyahkan.
Bayangkan, pada saat penjajah datang kembali, para santri dan ulama tidak gentar sedikit pun. Mereka tidak memiliki senjata canggih, tetapi mereka memiliki iman dan tekad baja. Di bawah bimbingan tokoh seperti KH. Wahid Hasyim, KH. Wahab Hasbullah, dan banyak ulama besar lainnya, mereka menjadi pionir perjuangan, menginspirasi rakyat untuk bangkit dan bertahan. Mereka berjuang bukan hanya untuk mempertahankan wilayah, tetapi untuk menjaga martabat bangsa, agama, dan setiap harga diri rakyat Indonesia. Mereka adalah agents of change, penunjuk arah moral, teladan, sekaligus pelindung.
Saat ini, kita tidak lagi berperang dengan senjata, tetapi spirit perjuangan mereka tidak boleh padam. Sebaliknya, spirit itu harus kita hidupkan dan kita bakar dalam perjuangan yang baru. Sebagai santri dan pemuda, kita menghadapi tantangan yang berbeda namun tidak kalah berat. Perjuangan kita adalah perang melawan kemunduran moral, melawan arus globalisasi yang kerap membawa budaya dan nilai yang bertentangan dengan jati diri bangsa. Inilah saatnya kita menghidupkan semangat jihad dengan cara yang lebih relevan, menjadi pahlawan di masa kini dengan memegang teguh prinsip kejujuran, integritas, dan tanggung jawab sosial.
Dalam dunia yang semakin kompleks, kita menghadapi “perang informasi” yang tidak kalah sengit. Kita bertempur melawan berita hoaks, ideologi yang merusak, dan tekanan untuk mengabaikan nilai-nilai agama. Spirit jihad yang diwariskan para ulama adalah perlawanan yang terwujud dalam keberanian kita untuk berkata benar, untuk memegang teguh keyakinan, dan untuk terus berbuat baik di tengah godaan yang mengikis nilai-nilai luhur bangsa. Kita dituntut untuk tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara moral.
Hari Pahlawan bukan hanya refleksi, tapi panggilan untuk bertindak. Kita harus mengisi kemerdekaan dengan tindakan nyata, berkontribusi untuk bangsa dengan kemampuan yang kita miliki. Di era teknologi dan digitalisasi ini, peran santri bisa menjadi content creators yang menyebarkan pesan-pesan kebaikan, atau menjadi pionir dalam bidang social entrepreneurship yang menginspirasi masyarakat untuk bergerak maju. Dengan teknologi di tangan, kita bisa menjadi generasi yang memimpin inovasi, menciptakan perubahan nyata yang tidak hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi juga memperkuat kesejahteraan bangsa.
Memperingati Hari Pahlawan adalah momentum untuk menanamkan semangat keberanian dan pengorbanan dalam diri kita. Santri dan pemuda hari ini adalah pahlawan modern yang harus berjuang dalam setiap lini kehidupan. Dengan pendidikan, inovasi, dan kreativitas, kita mampu membawa perubahan berkelanjutan bagi bangsa. Tantangan masa kini mungkin berbeda, namun spirit perjuangan tetap sama. Perjuangan tidak lagi untuk mengusir penjajah, melainkan untuk melawan kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, dan berbagai bentuk penjajahan modern.
Pada akhirnya, kita semua memikul tanggung jawab besar. Kita memegang amanah perjuangan dari para pahlawan untuk menjaga dan merawat kemerdekaan. Semoga setiap langkah kita selalu mendapat ridho Allah, dan semoga kita mampu membuktikan bahwa semangat juang ulama dan santri tetap hidup dan bersemi dalam diri kita. Ini bukan sekadar refleksi sejarah, tapi adalah panggilan hidup. Kita adalah penerus perjuangan mereka, yang harus siap memberikan yang terbaik untuk agama, bangsa, dan negara.
No Responses