Pengungsi Krisis Selimut Dan Peralatan Bayi, Pasca Bencana Selat Sunda,
“Kalau siang pengungsi hanya ratusan, tapi kalau malam yang melonjak mencapai ribuan pengungsi, dan kita sempat keteter memberikan makan dan minuman, tapi masih dapat kita atur,”
Mearindo, Lampung Selatan -Ratusan pengungsi warga Telukbetung, masih bertahan di Gedung Balai Keratun, Pemprov Lampung. Mereka mayoritas terdiri dari wanita dan anak anak, dan orang tua. Mereka masih takut untuk kembali kerumah. Sementara para laki hilir mudik, untuk memeriksa rumah, dan menjalankan aktifitas. Karena mereka adalah nelayan, buruh, dan pedagang.
Dilokasi Gedung, berjaga jaga tim TNI Kodim, Rem 043/Gatam, Sat Pol PP, dan Posko Posko termasuk Dekesyah, RS DKT, serta Dinas sosial Provinsi Lampung. Tsunami Selat Sunda, dan Peisisr Lampung dengan gelombang tinggi sekitar dua meter menghantam perairan pesisir Teluk Lampung, banyak merusak kapal nelayan. Belum dilaporkan ada korbn jiwa.
Para pengungsi masih memadati ruang balai kratun provinsi Lampung, yang berasal dari masyarakat di perairan Teluk Lampung, Gudang Lelang, Ujung Bom, Kota Karang, Pulau Pasaran, Gudang Garam, Bumi Waras, Mutun, mereka masih membutuhkan pakaian, dan makan seperti selimut, makan bayi. Beralaskan tikar, mereka berkumpul masing masing keluarga, hingga ke teras depan gedung Balai Keratun.
Posko Tagana, dari Dinas sosial Lampung memastikan kebutuhan makanan dan pakaian untuk pengungsi masih terbilang aman. Namun yang dibutuhkan saat ini selimut dan makanan bayi.
“Pengungsi masih berada dan menginap di seluruh ruang balai keratun hingga pelataran gedung. Kami belum dapat memastikan kapan pengungsi akan pulang kerumah. Tapi pelayanan kebutuhan makan, minum dan pakaian masih terus diberikan. Saat ini yang dibutuhkan selimut, pembalut wanita serta makanan bayi,” kata Maria, petugas Posko Tagana.
Lonjakan pengungsi akan terjadi jika sore hari hingga malam hari, jumlah mencapai tiga ribuan pengungsi. Pada siang hari sebagian pengungsi pulang kerumah menjaga harta benda mereka.
“Kalau siang pengungsi hanya ratusan, tapi kalau malam yang melonjak mencapai ribuan pengungsi, dan kita sempat keteter memberikan makan dan minuman, tapi masih dapat kita atur,” ungkapnya.
Sementara ny. Kusri, salah satu pengungsi, mengaku masih trouma dengan bencana stunami, maka dia masih bertahan di posko pengungsian, dan belum mau pulang karena cuaca ekstrim dan gelombang air laut masih tidak menentu. “Siang hari sebagian keluarga pulang menjaga rumah, kalau malam hari menginap di posko pengungsian,” katanya. (Adin/Red/Foto Juniardi)
No Responses