banner 728x90

Santri Pojok Magetan Gelar Sholat Gaib dan Galang Bantuan Gempa Aceh

Magetan-Mearindo.
Ratusan murid dan santri Lembaga Pendidikan Islam “Hidayatul Ummah”  Pesantren Subulus “Syafi’in” Desa Pojok,
Kec.Kawedanan Kab.Magetan Prop.Jawa Timur
menggelar Sholat ghaib untuk korban
meninggal dunia akibat gempa yang mengguncang Kabupaten Pidie Jaya Aceh
beberapa waktu lalu. (14/12/2016)
Sholat ghaib
ratusan santri dan guru tersebut dilanjutkan doa bersama dan ditutup dengan
kegiatan penggalangan bantuan bencana untuk disalurkan ke pos – pos peduli
bencana Aceh 2016 yang ada di Kabupaten Magetan. Sebagaimana diketahui gempa
tektonik 6,5 skala richter di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh telah mengakibatkan
sedikitnya 92 orang meninggal dunia, lebih dari 655 korban luka baik berat
maupun ringan, serta 43.000 wargaa mengungsi menempati 45 posko pengungsian
karena rumah tempat tinggalnya hancur.
Sementara
itu Gus Pri selaku pengasuh pesantren kepada media mengatakan kegiatan yang
dilaksanakan lembaganya merupakan inisiatif dari murid dan santri yang jauh –
jauh hari senantiasa diajarkan nilai sosial, sehingga ketika mendapat kabar
dari media tentang adanya bencana gempa Aceh ini seluruh santri dan guru
menggelar doa dengan Sholat ghaib dan penggalangan bantuan bencana.
“Kami sangat
prihatin dan merasa kehilangan atas bencana yang menimpa saudara kita di Aceh. Dan
ini kami yakini sebagai ujian Alloh SWT, sehingga kami sebagai sesama muslim
dan makhluk Alloh turut berduka serta berusaha sebisanya untuk meringankan
beban korban yang masih hidup untuk masa depanya”. Terang Gus Pri

Menurut Pusat Gempa Sutopo menjelaskan pusat gempa
Kabupaten Pidie Jaya yang terjadi Rabu, 7 Desember 2016 pukul 05.03 WIB terjadi
di darat dan berkekuatan 6,4 SR dengan mekanisme gempa sesar mendatar. Setelah
itu terjadi 12 kali gempa susulan dengan kekuatan kecil. “Itu merupakan
hal wajar dalam rangka mencari keseimbangan sistem tektonik,” ujar Sutopo.

Dia
menjelaskan pusat gempa yang berasal di darat menyebabkan dampak getaran dalam
merusak pemukiman penduduk menjadi signifikan. Pusat gempa
berasal sesar Samalanga-Sipopok yang aktif, meskipun pergerakannya tidak
secepat sesar-sesar di laut. Pergerakan sesar tersebut dari Barat Daya ke Timur
Laut.





“Intensitasnya mencapai 6
hingga 7 skala MMI (Modified Mercalli Intensity) sehingga bangunan yang tidak
didesain tahan gempa roboh,” kata Sutopo.



Kepala Humas
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie Jaya Ridwan, di Meureudu,
Sabtu 10 Desember 2016 mengatakan, para korban gempa tersebut tersebar di
delapan kecamataan yakni Pante Raja, Bandar Dua, Bandar Baru, Jangka Buya,
Tringgadeng, Meureudu, Bandar Baru, dan Alee Glee. Daerah
terparah yang diguncang gempa bumi pada Rabu 7 Desember 2016 adalah Kecamatan
Pante Raja, Bandar Dua, Tringgadeng, Meureudu, Bandar Baru, dan Alee Glee.

“Jumlah
korban meninggal saat itu yang sudah terindentifikasi 92 orang dan yang belum teridentifikasi
ada 8 orang,” kata Ridwan seperti dilaporkan media.
Saat ini, tim evakuasi dari Basarnas, BNPB,
TNI, Polri, dan unsur masyarawat masih mencari korban yang diduga masih
tertimbun reruntuhan bagunan. Tim medis yang terdiri atas unsur dokter dan TNI
memeriksa sejumlah korban gempa yang masih berdatangan ke posko kesehatan di
halaman Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pidie Jaya dan halamana Kantor Bupati
setempat. 
Jumlah korban luka berat dan ringan akibat
gempa tersebut mencapai 565 orang yang saat ini dirujuk ke RSUD Bireun, RSUD
Sigli, RSUD Pidie Jaya, dan RSUD Banda Aceh. Mereka harus dirujuk ke empat
rumah sakit tersebut untuk menjalani perawatan. (Har) 

banner 468x60

No Responses

Tinggalkan Balasan