banner 728x90

PGRI Cab.Panekan Magetan Peduli Sekolah Darurat Bencana

PGRI Cab. Panekan Serahkan Bantuan Seragam Sekolah Untuk Anak Korban Bencana Alam Bersama Relawan TIDAR-ERME & MRU

Mearindo.com – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Magetan kembali menunjukan kepedulian terhadap korban bencana alam. Kali ini PGRI Cabang Panekan, Kabupaten Magetan Propinsi Jawa Timur menyerahkan bantuan berupa seragam sekolah yang diperuntukkan anak korban bencana alam Selat Sunda. (30/01/2019)

Puluhan seragam sekolah tersebut disalurkan melalui relawan Tim Darurat – Emergency Response Mearindo (TIDAR – ERME) Kabupaten Magetan. Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Ketua PGRI Cabang Kecamatan Panekan bersama jajaranya kepada perwakilan relawan kemanusiaan Tidar – Erme.

Slamet, Spd.MM selaku ketua PGRI Cabang Kec. Panekan mengatakan pihaknya turut prihatin atas kondisi bencana alam yang terjadi di Indonesia akhir – akhir ini. Dan keluarga besar PGRI Cabang Panekan berupaya untuk hadir berperan dalam meringankan beban korban bencana alam.

“Bencana ini tentunya menimbulkan dampak kerugian kerusakan dari berbagai sisi, dan kami berusaha mengambil peran membantu anak – anak korban bencana yang saat ini masih semangat sekolah ditenda pengungsian untuk kita pikirkan bersama masa depan mereka”, kata Slamet.

Informasi darurat Pendidikan anak korban bencana alam tersebut berdasarkan data asesmen yang dilakukan relawan TIDAR – ERME Kabupaten Magetan saat melakukan penyaluran bantuan bencana dari masyarakat Magetan ke lokasi pos pengungsian korban bencana alam Selat Sudan pada 14 Januari 2019 lalu bersama Jaringan Relawan Independen Magetan.

Palih Setiadi salah satu relawan Magetan Unit Rescue (MRU) mengatakan bahwasanya Penanggulangan pasca terjadinya bencana alam banyak pihak fokus pada perbaikan insfrastruktur sehingga sering kali kebutuhan mendasar keberlangsungan proses belajar mengajar anak korban bencana luput dari perhatian publik.

“Setelah penyaluran bantuan dari masyarakat Magetan di Pandeglang Banten pada 12 Januari 2019 lalu para relawan langsung menuju Lampung Selatan, selain menyalurkan bantuan relawan juga melakukan asesmen. Dan di Rajabasa Lampung Selatan Kami temukan 136 siswa MI Swasta yang sekolah ditenda darurat dengan sarana yang sangat minim,” ujar Palih

Sementara itu, Drs.H Thoyeb Rantiono, Mpd selaku Penasehat relawan kemanusiaan TIDAR – ERME Magetan yang hadir saat penyerahan bantuan seragam sekolah di Panekan berharap perjuangan mengangkat pendidikan untuk anak korban bencana alam seperti ini disambut dan diikuti yang lain. Sehingga secara tidak langsung keluarga PGRI turut membantu menyelamatkan masa depan anak – anak korban bencana alam pada sisi Pendidikanya.

“Sebelumnya PGRI Magetan beberapa waktu lalu menampung keluhan para korban bencana alam di Lombok yang membutuhkan Sarung, dan gerakan kami seribu sarung untuk Lombok alhamdulillah sukses. Kali ini kami terpanggil setelah melihat fakta dilokasi pengungsian dari hasil dokumentasi Relawan Magetan yang menunjukan ratusan siswa kita BAIK tingkat SD SLTP yang sekolah di tenda pengungsian dan tidak memiliki fasilitas selayaknya kegiatan belajar mengajar”, ratap Thoyeb yang juga mantan Ketua PGRI Magetan.

Bang Thoyeb juga menambahkan, jika Anggota PGRI Cabang Se Kab. Magetan mau ikut menyisih risqinya untuk membantu Anak2 Kurban Tsunami maupun bencana banjir, pihaknya masih menampung dan siap menyalurkan kepada Kurban bencana Alam di Lampung Selatan yg sekarang masih belajar di tenda2 darurat.

“Berharap pakaian seragam Pramuka yang baru bukan bekas. Bisa satu sekolah 1 setel patungan seluruh guru misal nya”.imbuhnya.

Sebelumnya Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB merilis informasi pasca tsunami yang menerjang lima kabupaten di sekitar Selat Sunda masih menyisakan banyak pekerjaan. Hingga masa tanggap darurat bencana Selat Sunda berakhir, jumlah korban tercatat 437 orang meninggal dunia, 9.061 orang luka, 10 orang hilang dan 16.198 orang mengungsi.

“Penanganan darurat masih dilakukan. Sudah banyak pengungsi yang kembali ke rumahnya. Mereka adalah pengungsi yang rumahnya tidak rusak,” Sutopo Purwo Nugroho

Sementara itu korban fisik bangunan di wilayah Banten sebanyak 1.071 rumah rusak berat dan rusak sedang, dan 457 rumah rusak ringan.

Berdasarkan rapat koordinasi yang dipimpin Gubernur Banten disepakati bahwa selesainya masa tanggap darurat pada 4/1/2019 maka dilanjutkan dengan periode transisi darurat menuju peralihan selama 2 bulan yaitu 6/1/2019 hingga 6/3/2019. Selama masa transisi darurat ini akan dibangun hunian sementara (huntara).

Sutopo Purwo Nugroho juga menambahkan bahwa Huntara dibangun untuk menampung pengungsi yang rumahnya rusak berat dan rusak ringan.

“Diperlukan waktu selama 2 bulan untuk membangun huntara sebelum dilakukan pembangunan hunian tetap yang waktunya lebih panjang. Pemda Pandeglang akan mengajukan dana siap pakai ke BNPB untuk pembangunan huntara. Pengerjaan fisik huntara akan dilakukan oleh TNI,” pungkas Sutopo.

Sedangkan untuk kerusakan diwilayah Lampung Selatan sebanyak 543 rumah rusak berat, 70 rumah rusak sedang dan 97 rumah rusak ringan. Sesuai kesepakatan dan rapat koordinasi tidak ada pembangunan huntara di Lampung Selatan. Namun dengan pembangunan hunian tetap untuk relokasi.

Sudah tersedia lahan seluas 2 hektare untuk pembangunan huntap. Balai Besar Wilayah Sungai Kementerian PU Pera akan melakukan land clearing, Dinas PU Kabupaten Lampung Selatan akan menyiapkan siteplan, desain dan rencana anggaran. Bupati Lampung Selatan akan mengajukan dana siap pakai BNPB untuk pembangunan huntap dan fasilitasnya dalam relokasi. (Gesang)

banner 468x60

No Responses

Tinggalkan Balasan