banner 728x90

Pemaparan seorang pemuda pemberani tentang khilafah

Simak baik² pemaparan seorang pemuda pemberani tentang khilafah
==================================
*Buka-Bukaan Soal Khilafah*
(Catatan Kecil dr Seorang Pemuda Pemberani)

Kamis 20 Desember 2018 Pusat Studi al-Quran (PSQ) yang diampu M. Quraish Shihab menggelar Kajian Membumikan al-Quran (MQ) dengan tajuk *Dari Ideologi Khilafah ke Manusia Khalifah : al-Quran, Kontestasi Ideologi, dan Pragmatisme Politik*. Hadir dalam acara ini dua pemateri yaitu TGB Dr. M. Zainul Majdi (ketua Organisasi Internasional Alumni al-Azhar Cabang Indonesia) dan Dr. Muchlis M. Hanafi, MA (Dewan Pakar PSQ).

Dalam acara yang digelar di kantor Pusat Studi al-Quran (PSQ) Ciputat tersebut, para pemateri memaparkan berbagai argumentasi yang sangat menarik untuk dicermati. Dalam penjelasannya, Dr. Muchlis menyampaikan beberapa point, yaitu 1) membahas Khilafah sama dengan memutar sejarah dimana bentuk pemerintahan Indonesia sudah final, 2) Khilafah memang wajib tetapi bentuknya tidak baku sehingga al-Quran tidak menunjukkan hal itu, 3) OKI sudah termasuk Khilafah, 4) memperjuangkan Khilafah sama dengan mimpi di siang bolong.

Selain point-point di atas, Dr Muchlis juga menyoroti soal perjuangan dakwah HTI yang menginginkan Khilafah tetapi ketika ISIS mendeklarasikan Khilafah, HTI tidak mau berbaiat. Menurutnya, ini bentuk inkonsistensi HTI. Tidak hanya soal Khilafah, ia juga menyoroti isu-isu actual seperti bendera Liwa yang menurutnya harus dipahami dengan pendekatan kontekstualiasasi, bukan tekstualisasi.

Dari pemaparan Dr. Muclish yang secara verbal mengatakan Khilafah memang wajib tetapi bentuknya beragam, ia menguatkan argumentasi itu dengan satu kaidah _“ta’addud al-khilâfah bi ta’addud al-wilâyah”_ yang secara bebas kita pahami “khilafah boleh banyak sebagaimana banyaknya wilayah”. Karena itu, jika dikonteksualiasasikan dengan kekinian, menurutnya para pemimpin-pemimpin muslim di setiap negara saat ini adalah khalifah.

Pada sesi TGB Dr. Zainul Majdi, ia menyampaikan beberapa argumentasi yang tidak jauh berbeda dengan bangunan argumentasi pemateri pertama, yaitu 1) Khilafah adalah wajib berdasarkan _dlaruriyyah ‘aqliyyah_ dan _mumârosah syar’iyyah,_ 2) Khilafah yang dimaksud hanya kepemimpinan bukan sistem 3) Sistem pemerintahan Indonesia sama validnya dengan sistem Khilafah.

Dalam menguatkan argumentasinya yang mengatakan Indonesia termasuk pemerintahan Islam atau al-Khilafah, TGB mengajukan beberapa bukti seperti umat Islam bisa melaksanakan syariah dengan leluasa semisal shalat, zakat, haji, puasa, pernikahan dan lain-lain. Oleh sebab itu, TGB juga sangat heran jika ada yang mengatakan ada Kriminalisasi ulama di Indonesia, apalagi kriminalisasi Islam. Katanya, umat Islam di Indonesia leluasa bisa melaksanakan syariah Islam.

Selain point di atas, TGB juga mempertanyakan konsistensi kelompok yang memperjuangkan Khilafah dimana mereka tidak mau berbaiat kepada ISIS yang mendeklarasikan berdirinya Khilafah. Katanya, kita mesti mempertanyakan kepada teman-teman HTI yang menginginkan Khilafah, tetapi ketika Abu Bakar al-Baghdadi mendeklarasikan Khilafah, HTI tidak mau berbaiat.

Dalam sesi tanya jawab, ada satu audience yang tanggapannya membuat gemuruh seluruh peserta yang hadir. “nama saya Andi Badren, aktifis Hizbut Tahrir Indonesia” demikian kalimat pembuka yang membuat suasana menjadi heboh. Andi menyebut kata Hizbut Tahrir Indonesia lantaran HTI adalah korban kriminalisasi yang dibubarkan oleh pemerintah tanpa satu pun kesalahan.

“HTI dibubarkan tanpa satu pun kesalahan, ini namanya apa kalau bukan kriminalisasi? Jadi, semua orang pasti memahami dengan akal sehatnya bahwa di Indonesia terjadi kriminaliasasi” lalu dengan lantang Andi mengatkan “tidak ada yang menegasikan adanya kriminalisasi kecuali oleh orang yang cenderung mendukung rezim Jokowi” audience pun semakin gemuruh. Tanggapan andi ini membantah pernyataan TGB yang mengatakan tidak ada kriminalisasi di Indonesia.

Pada bagian substansi, Andi menyampaikan tiga point singkat. *_Pertama_*, menurutnya Keberadaan negara memang dibutuhkan manusia baik ada atau tanpa adanya Islam. Karena itu, sebelum Islam turun pun sudah ada berbagai varian negara. Hanya saja, Islam turun dengan membawa bentuk pemerintahan yang khas dan berkarakter yaitu negera Islam (al-Khilafah) sehingga kita dituntut untuk menerapkan bentuk pemerintahan tersebut.

*_Kedua_*, dalam konteks boleh dan tidak bolehnya kaum muslimin memiliki dua khalifah atau lebih _(ta’addud al-khalifah)_ menurut Andi memang terbagi dua kelompok. Jumhur mengatakan tidak boleh, sementara kelompok lain mengatakan boleh. “Perlu kita tegaskan” kata Andi “argumentasi jumhur yang mengatakan tidak boleh ada banyak khalifah, landasannya_ syar’iy_ sementara kelompok yang mengatakan boleh, landasannya _‘aqliy_ sehingga mestinya kita tidak mengambil landasan kelompok tersebut”.

*_Ketiga_*, secara factual Andi menyakini saat ini kaum muslimin dilanda masalah besar. Ia menyebutkan seperti masalah umat Islam Uighur, Rohingnya, Palestina, Suriah dan lain-lain. Secara factual juga, menurut Andi tak ada seorang pemimpin muslim pun yang bisa menyelesaikan semua itu. Dengan lantang andi katakan “hanya Khalifah yang mampu menjaga kehormatan umat Islam”. Lagi-lagi, audience pun gemuruh.

*_Terakhir_* Andi mengajak kepada para pemateri khususnya dan seluruh audience yang hadir untuk kembali kepada pemerintahan Islam dengan berjuang bersama-sama menegakkan kembali Khilafah “ini adalah kondisi relevan, urgent, kita harus kembali ke system pemerintahan Islam yaitu Khilafah. Demikain tanggapan saya, takbiir” audience yang berjumlah sekitar dua ratus lima puluhan itu pun turut bertakbir, bertahmid dan istigfar.

Di akhir acara, Andi dkk menyambangi Dr Muchlis untuk berfoto dan memberikan tabloid Media Umat dan al-Wa’I, ia berkomentar “saya juga punya semua buku-buku HTI” sembari bersalaman hangat dan meninggalkan ruangan. Sebelum beralih ke TGB, ternyata TGB lebih dahulu memanggil “mana HTI…mana HTI” TGB mengapresiasi para pemuda HTI “saya juga sering membaca al-wai’e” komentarnya di tengah kerumunan masa.

Ditulis oleh : Enwan Berang

banner 468x60

No Responses

Tinggalkan Balasan