banner 728x90

Jelang Ramadlan, Gus Pri Pojok Gerilya Musholla Lapuk

Mearindo – Jawa Timur

Mendekati masuknya bulan puasa 2018 atau Ramadlan 1439 Hijriyyah, Drs. KH. Supriyanto Ubaidhillah atau lebih akrab dipanggil GUS PRI, pimpinan Ponpes Subulus Syafi’in mengadakan program “Gerilya Langgar Rusak”.

“Gerilya Langgar Rusak” atau dalam bahasa Indonesia berarti “Mencari Mushola Rusak” yang digencarkan oleh GUS PRI yang juga pimpinan Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Hidayatul ummah berlamatkan Desa Pojok, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur dengan menerjunkan tim survey dari pondoknya untuk mencari Mushola/ surau/ Masjid yang bangunanya sudah lapuk dan rusak.

Dari sejumlah data mushola rusak namun masig digunakan untuk aktifitas ibadah jamaah maka selanjutnya akan dimasukkan dalam rencana kegiatan renovasi atau perbaikan secara swadaya mandiri dan melibatkan relawan Subulus Syafiin Emergency Response beserta pihak simpatisan.

“kegiatan ini semata untuk mengingatkan kita pada sejarah dakwah Islam di Indonesia salah satunya adalah Langgar atau Mushola kalau dulu dikenal Surau juga difungsikan untuk mengkaji ilmu ilmu Islam. Dan kegiatan ini bagian dari wujud gotong royong baik dari pihak pondok kami maupun dengan TNI AD yang ada dikoramil maupun kelembagaan lainya serta tidak ada unsur politik. ” terang Gus Pri

Gus Pri dalam gerakan gerilya Musholla untuk perbaikan itu menyampaikan tentang keutamaan selain untuk menghidupkan syiar sebagai cikal bakal persebaran dakwah Islam, Merawat, mambangun atau memperbaiki rumah ibadah Islam dianjurkan sebagaimana dikutip dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ

Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu Majah)

Selain itu Gus Pri sangat menyayangkan venomena beberapa tempat dimana pembangunan fisik masjid/ musholla sebatad dijadikan ajang persaingan atau cenderung berlomba dalam kemewahan bentuknya saja. Sedangkan pada aspek membangun kerukunan ummat untuk berkumpul, beribadah dan mengkaji Ilmu agama di masjid/ musholla justru diabaikan.

“Sedih saja jika ada pembangunan masjid atau mushola hanya untuk lomba kemewahan dengan bangunan besar nan megah, tapi ternyata kegiatan keagamaan tidak hidup didalamnya”, ungkapnya.

Dalam mensikapi hal tersebut Gus Pri sampaikan kutipan yang menyatakan amalan mendirikan masjid dapat tergelolong tercela apabila jika masjid cuma untuk bermegah-megahan, bukan untuk tujuan ibadah atau berlomba dalam kebaikan.

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسُ فِى الْمَسَاجِدِ

Kiamat tidaklah terjadi hingga manusia berbangga-bangga dalam membangun masjid” (HR. Abu Daud no. 449, Ibnu Majah no. 739, An-Nasa’i no. Ahmad 19: 372)

Berikut sekilas sejarah keberadaan Mushola ditinjau dari tempat dan fungsinya.
Di negara Saudi Arabia, bangunan yang dikhususkan untuk Shalat disebut MasjidWalaupun tidak dipakai untuk Shalat Jumat. Sedangkan Masjid yang dijadikan untuk Shalat Jum’at disebut Masjid Jami‘. Akan tetapi berbeda dengan penyebutan Masjid Jami’ di Indonesia biasanya diterapkan untuk Masjid yang besar saja.

Sedangkan Mushola atau ada yang menyebut Surau dalam bahasa jawanya “langgar”, merupakan bangunan kecil untuk beribadah baik sholat maupun pendidikan keagamaan dalam wilayah lingkungan masyarakat kecil.

Mushola biasanya didirikan berdiri diatas tanah pribadi tokoh masyarakat yang mempunyai kepedulian menghidupkan syiar Islam. Maka tidak heran banyak yang menyebut bahwa keberadaan beberapa Mushola disuatu daerah merupakan cikal bakal berdirinya masjid jami’ didaerah tersebut.

Definisi mushola adalah definisi yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat Indonesia, Kalau begitu Musholla adalah Masjid kecil tempat mengaji atau shalat, tetapi tidak digunakan untuk salat Jum’at.

Pada sejarah dizaman Rosululloh, Musholla merupakan tempat shalat yang lebih luas (“tanpa bangunan”)  dibandingkan Masjid, yang digunakan untuk sholat dengan jamaah banyak. Namun lumrahnya di Indonesia justru Mushalla adalah bangunan lebih kecil dari Masjid.

Sebagaimana di zaman Rasulullah yang dinamakan mushalla adalah tanah lapang yg di jadikan tempat Shalat ‘ied. Di riwayatkan bahwa Rasulullah setiap Shalat ied dengan jama’ah di MUSHALLA (yg dimaksud adalah tanah lapang itulah tempat Shalat ied). (Gun/Safa)

banner 468x60

No Responses

Tinggalkan Balasan