banner 728x90

Mengintip Kisah Mistis Desa Terung Kawasan Kaki Gunung Lawu

Mearindo Magetan – Terung adalah nama desa yang secara administratif terletak di Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Propinsi Jawa Timur. Kurang lebih letaknya di kaki Gunung Lawu. Secara geografis Desa terung dikelilingi oleh sawah dan tegalan, jadi tidak ada Desa/ Kampung lain yang berbatasan langsung dengan Desa Terung, kecuali sawah dan tegalan di antaranya.
Bagi desa–desa tetangga dan mungkin Magetan secara umum, konon Desa Terung mempunyai nuansa magis dan wingit. Paling tidak sampai dengan saya SMA masih dipercaya bahwa kalau orang luar Terung membawa sesuatu entah tanah atau ranting bambu, atau batu dari terung tanpa seijin orang Terung, tidak berapa lama kemudian orang yang bersangkutan terkena musibah, biasanya dia sakit atau ada keluarganya yang sakit.
Di Desa Terung ada beberapa tempat yang dikeramatkan, salah satunya adalah Punden. Punden ini berupa kuburan/ makam kuno. Letaknya di ujung desa sebelah barat, sebelum persawahan yang memisahkan Desa Terung dengan Desa Widorokandang. Dalam komplek Punden ini selain ada kuburan orang awam kebanyakan, di bagian paling tinggi ada kuburan kuno 3 buah. Kuburan kuno ini ukurannya panjang – panjang, dua kali lebih panjang daripada makam biasanya. Dan biasa bagi orang Terung, bagi orang yang mampu di makamnya pasti dibangun cungkup, rumah untuk orang mati. Maka komplek makam kuno ini pun dikeliling cungkup terbuka, di tengahnya ada pohon beringin besar dan saya rasa pohon ini sudah ada di situ sebelum mbah saya lahir. Sudah sangat tua. Makam tua ini konon adalah makam Adipati Terung dan 2 pembantunya.
Menurut cerita yang saya dengar, Adipati Terung adalah pendiri desa Terung. Beliau adalah punggawa Majapahit yang menepi dari konflik peperangan antara Demak Islam dengan Majapahit Hindu. Beliau tidak mau
memihak kepada salah satu kutup itu, hingga akhirnya menyepi ke daerah yang sekarang disebut Desa Terung itu. Melihat penampilan punden ini, segera kita akan tahu bahwa tempat ini dikeramatkan. Dan memang begitulah kenyataannya, selalu ada acara nyadran, sesajen dan lain–lain sejenis itu di Punden ini.
Oh ya, sekitar tahun 2005 yang lalu saya masih inget, Punden ini pernah masuk di acara Dunia Lain Trans TV. Entah benar entah tidak, setelah acara itu anak muda yang menerima tantangan bermalam sendiri di punden itu tak lama kemudian meninggal dunia. Saya dapat kabar ini dari Kepala Desa Terung Sunyoto ketika itu saya sempat diskusi dengan beliau. Sudah menjadi semacam kebiasaan dan kewajiban saat orang Terung mempunyai hajat pasti mengirim sesajen ke Punden ini, ”Ngalap berkah Mbah Danyang Terung”, kata Suwarno yang tinggal di belakang Kantor Desa Terung.
“Sampai sekarang saya masih mengikuti tradisi ini. Tetapi setelah saya SMP alhamdullillah tidak lagi, malah kalau kami punya hajat dan mengirimkan sesajen ke Punden atau sesajen di rumah, apa yang ada di sajen biasanya saya curi, saya makan sendiri. Asal tahu saja, biasanya yang dijadikan sesajen adalah masakan yang enak-enak seperti telur, ayam panggang, dan selalu ada minuman kopi plus rokok” ingat Suwarno
Lanjut Suwarno, selain Punden, makam adipati Terung itu, ada beberapa tempat lagi antara lain Watu Lintang. Ini sebongkah batu yang besar, saya rasa batu gunung. Lagi–lagi, watu lintang ini berada tepat di bawah pohon beringin yang sudah tua, saking tuanya akar–akar beringin ini melilit batu itu. Di antara batang pohon beringin dan batu, ada rongga yang dapat digunakan untuk berteduh 3 s/d 4 orang. Di situlah sesajen biasanya disajikan. Tumpukan dupa yang dibakar bisa sampai 1 meter tingginya.
Batu ini di kalangan penduduk sekitar dipercaya sebagai Batu Lintang karena batu ini dulunya merupakan bintang(lintang) jatuh. Konon batu bintang ini awalnya masih bersinar, ya bersinar seperti bintang. Sewaktu Adipati Terung sampai kawasan ini dari penyingkirannya, dia tidak bisa menyembunyikan diri karena terangnya Batu Lintang ini. Dengan kesaktiannya batu ini dilangkahi dan dikencingi, seketika itu pula batu padam dan daerah ini menjadi gelap gulita sehingga Sang Adipati leluasa mencari tempat menyepi.
Kemudian ada lagi tempat model keramat seperti dua tempat itu yaitu Watu Terung (Batu Terung), bentuknya batu di situ juga ada pohon beringin peneduh. Bentuk batunya hampir kubus. Batu ini dikeramatkan juga meskipun tidak setenar punden dan watu lintang. Dengan gambaran seperti itu, dapat kita pikirkan bagaiman kehidupan religi mayoritas penduduk desa kami. (lak)
banner 468x60

No Responses

Tinggalkan Balasan