Apakah Mahfud MD Penganut Syiah?
Jakarta, Jakarta, 7 Nopember 2020.
Pernyataan Mahfud MD yang membandingkan antara Imam Besar Habib Rizieq Syihab (IB HRS) dengan Khomeini saat dialog bersama Ade Armando seorang tokoh Liberal di channel Cokro TV adalah perbandingan yang tidak proporsional. Khomeini adalah pendiri negara Republik Syi’ah Iran, dengan ideologi Imamah (dua belas Imam). Adapun IB HRS sebagai keturunan Rasulullah SAW beraqidah Asy’ari bermadzhab fiqih Asy’syafi’i (Ahlussunnah wal Jama’ah). Perbedaan pada keduanya bukan saja menunjuk bidang fiqih, namun juga pada bidang yang fundamental yakni aqidah.
Mahfud MD menyebutkan bahwa Khomeini adalah ‘orang suci’. Orang yang suci identik dengan ma’shum. Ma’shum maksudnya terpelihara dan terbebas dari segala salah dan dosa, sebagaimana Nabi Muhammad SAW dan ini menjadi keyakinan (sentral) Syi’ah Imamah. Tegasnya, posisi dua belas Imam berderajat sama dengan Nabi Muhammad SAW. Sementara itu, Khomeini selaku Rahbar (sekarang digantikan Ali Khamenei) merupakan wakil (mandataris) Imam kedua belas (Imam Mahdi bin Hasal al-Askari). Imam Mahdi sampai ini diklaim dalam masa ghaib kubra, selama lebih kurang 1112 tahun lamanya.
Apa urgensi dan relevansinya Mahfud MD mengadakan perbandingan seperti itu, melebihkan Khomeini dengan sebutan orang suci? Secara mahfum mukalafah (a contrario), bermakna IB HRS ‘tidak suci’. Hal tersebut adalah benar, jika dimaksudkan semua ummat Nabi Muhammad SAW adalah tidak ma’shum, termasuk keturunannya (in casu IB HRS). Namun jika dimaksudkan bahwa IB HRS tersangkut pelanggaran hukum dan oleh karena itu dirinya dideportasi oleh pemerintah Arab Saudi, tentu ini adalah suatu kebohongan, tidak sesuai dengan fakta. IB HRS tidak pernah melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum.
IB HRS tidak dideportasi sebab overstay. Terjadinya overstay oleh karena adanya pencegahan keluar dari otoritas intelejen Kerajaan Saudi Arabia yang berujung pengasingan politik. Kondisi demikian diduga adanya keterhubungan dengan kekuasaan, melalui tindakan intelejen politik. IB HRS selama di Arab Saudi, dihormati dan dimuliakan oleh pemerintah Arab Saudi termasuk oleh warga negara Arab Saudi.
Menjadi pertanyaan serius, apakah yang dimaksudkan oleh Mahfud MD – terkait dengan perbandingan suci dengan tidak suci – berkorespondensi dengan pernyataan Dubes Agus Maftuh yang mengungkapkan bahwa IB HRS dinilai melanggar peraturan Kerajaan Arab Saudi yang masuk kategori ‘sensitif’ dan berkategori ‘aib’. Disini terdapat keterhubungan pernyataan yang disengaja. Dapat dikatakan, Mahfud MD dan Agus Maftuh ‘setali dua uang’. Keduanya memiliki sikap batin (mens rea) yang sama yakni ingin mendiskreditkan IB HRS. Keduanya memang relatif lebih sering melakukan hal tersebut, dibandingkan dengan pejabat yang lainnya. Seakan keduanya melebihi para buzzer yang demikian gencar, spesialis pembuat hoaks.
Lebih serius lagi, menyebutkan Khomeini sebagai orang suci, itu justru melebihi penganut Syi’ah dua belas Imam. Dengan demikian, patut untuk dipertanyakan maksud dan tujuan pernyataannya, tentunya ada makna makna-makna simbolik. Setidak-tidaknya, apakah Mahfud MD penganut Syi’ah Imamah?
Oleh karena itu, Mahfud MD harus segera melakukan klarifikasi? Bagi para pembaca, patut merenungkan kondisi sebagai berikut; Iran bermusuhan dengan Amerika, Amerika bermusuhan dengan Cina dan Indonesia saat ini lebih dekat dengan Cina. Kepulangan dan perjuangan IB HRS bersama rakyat, sepertinya bukan saja berdimensi nasional, namun juga regional dan bahkan berhubungan dengan geopolitik global. Menjadi wajar, adanya kekhawatiran pihak-pihak tertentu yang selama ini mewakili kepentingan negara asal (predicate state) dalam penguasaan ruang hidup (lebensraum). Wallahu ‘alam.
Oleh : Dr. H. Abdul Chair Ramadhan, S.H., M.H. (Direktur HRS Center)
Kontributor : Syifa’ul Anam
No Responses