Terdampak Tsunami, 136 Murid MI Darussalam Tempati Kelas Darurat.
Murid Kelas VI – MI Darussalam Korban Tsunami mengikuti Ujian Semesteran Di Kelas Darurat rumah milik warga
Lampung Selatan, Bencana tsunami akibat erupsi Krakatau yang menerjang lima kabupaten di sekitar Selat Sunda Desember 2018 lalu hingga mengakibatkan lebih dari 437 orang meninggal dunia, kini masih juga menyisakan penderitaan masyarakat yang terkena dampaknya.
Tidak hanya mengakibatkan kerugian sosial ekonomi namun pendidikan anak korban bencana pun terancam terbengkalai.(23/03/2019), Seperti yang dirasakan 136 Murid MI Darussalam yang terletak di Jl. Pesisir Desa Sukaraja, Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan yang bangunan sekolahnya rusak berat akibat terjangan tsunami. Ratusan murid itu guna melanjutkan pendidikanya sempat rela mengikuti proses belajar mengajar di dalam tenda darurat dengan alas Tikar.
Hingga akhirnya pihak sekolah mengalihkan proses belajar mengajar mereka dengan meminjam satu rumah milik warga yang tidak ditempati untuk dijadikan ruang kelas sementara sampai ada perbaikan gedung sekolah yang rusak akibat gelombang tsunami.
Di dalam ruang kelas darurat rumah milik warga ini juga berkondisi tidak lebih baik dari sebelumnya. Hal ini lantaran masing masing kelas menempati ruang yang cukup sempit yakni untuk kelas 4, 5 dan kelas 6 menempati ruang ukuran 3 x 4 meter. Sedangkan kelas 1, 2 dan 3 harus rela ditempatkan di teras halaman rumah.
Cepnuh, M.PdI selaku Kepala Sekolah MI Darussalam mengaku tidak pasrah dengan keadaan ini namun mereka tetap berjuang untuk keberlangsungan pendidikan murid-muridnya. Sedangkan untuk waktu ujian semesteran bulan ini masuknya murid dilakukan dengan sistem bergilir atau Rolling waktu karena tempat yang tidak memungkinkan untuk dilakukan jadwal masuk bersama.
“Mau bagaimana lagi keadaan sekolahan tidak mungkin digunakan lagi sebelum perbaikan sedangkan proses pendidikan harus tetap berjalan agar anak anak tidak ketinggalan mata pelajaran,” ratap Cepnuh.
Sebelumnya Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga menerima banyak pengaduan terkait Ujian Nasional (UN) 2019. Sebagaimana diketahui, saat ini hampir seluruh siswa SMA/SMK di seluruh Indonesia sudah melaksanakan USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) dan pada 25-28 Maret 2019 pelaksanaan Ujian Nasional (UN) bagi siswa SMK dan 1,2,4 dan 8 April 2019 bagi siswa SMA/MA.
Sementara UN tinggal menghitung hari, namun sampai hari ini ada ratusan anak terancam tidak bisa mengikuti USBN dan UN tahun 2019 dengan berbagai sebab. Berbagai kasus yang menyebabkan anak-anak terancam tidak dapat mengikuti USBN dan UN
Disampaikan Retno Listyarti, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan bahwasanya KPAI berulangkali mengingatkan Kemdikbud RI dan Kemenag RI, bahwa anak-anak yang terpaksa harus bersekolah di sekolah darurat, maka saat USBN maupun UN, materi soalnya harus menyesuaikan atau mempertimbangkan kondisi mereka, karena anak-anak yang berada di sekolah-sekolah darurat umumnya tidak dapat maksimal mengikuti proses pembelajaran dibandingkan dengan siswa lain yang sekolah tidak berada di lokasi bencana.
Bencana tsunami Selat Sunda yang terjadi akhir 2019 lalu selain mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia juga lebih 9.061 orang mengalami luka dan puluhan orang hilang serta 16.198 orang mengungsi. (Gesang)
No Responses