Aksi 28 12 2018 Gempur Arogansi Cina Akan Berlanjut
Mearindo, Puluhan Mahasiswa dan Pemuda melakukan Aksi Damai di depan Kedutaan Besar Republik Rakyat China (RRC) di Jakarta, Jumat (28/12/18).
Dalam orasinya di depan Kedutaan Besar China, Usra Waiulung, Jenderal Aksi Lapangan pada aksi damai tersebut menyampaikan bahwa aksi ini dilakukan untuk menuntut agar Pemerintah Indonesia secepatnya mengambil langkah-langkah untuk ikut menyelesaikan persoalan yang terjadi terhadap muslim Uighur.
“Kami menuntut agar persolan kejahatan yang terjadi terhadap saudara kami yang ada di Uighur/China untuk Pemerintah Indonesia secepatnya bisa mengambil langkah-langkah strategis sehingga tidak berdampak ke seluruh dunia dan khsusunya Indonesia”.
“Kondisi ini pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1999-2000 yaitu terjadinya perang antar umat beragama di tiga Provinsi di Indonesia, yakni: Sulawesi Tengah (Poso), Maluku Utara (Ternate) dan sekitarnya, Maluku (Ambon) dan sekitarnya dan persolan tersebut telah diketahui dunia, dan karena umat muslim terbesar di dunia salah satunya Indonesia, makanya kami merasa kami adalah bagian dari mereka”, lanjut Usra dalam orasnyi di depan Dubes China, Jakarta (28/12/18)
Dalam oransinya, Usra Waiulung, Pimpinan Orasi yang juga adalah putra asal Maluku ini menyampaikan keprihatinannya, “Kami tidak inggin mereka di perbuat seperti binatang oleh China “biadap yang tidak punya hati nurani”. Kami melihat disana telah terjadi penikaman, pembunuhan yang menewaskan berbagai umat muslim di China yang disusul penggrebekan besar-besaran oleh pemerintah China terhadap apa yang mereka sebut sebagai kaum ekstremis dan separatis”.
Dari berbagai sumber, Pemerintah China menyangkal adanya kamp penahanan khusus, tetapi mengatakan orang-orang di Xinjiang itu mendapatkan ‘pelatihan kejuruan’. Seorang pejabat tinggi di Xinjiang malah mengatakan wilayah itu menghadapi ancaman ‘tiga kekuatan jahat’: terorisme, ekstremisme dan separatisme.
Kecaman internasional semakin meningkat tentang perlakuan China terhadap Muslim Uighur. Tetapi, belum ada negara yang mengambil tindakan apa pun selain mengeluarkan pernyataan kritis. (Red)
No Responses