banner 728x90

“Royokan Wegah” Dibalik Musyda Muhammadiyah, Apa Itu?

Jawa Timur – Magetan, Mearindo.com – Dibalik agenda kegiatan Muhammadiyah Magetan pasti ada cerita yang menarik. Setidaknya dua kali jajaran Pimpinan Daerah Muhammadiyah Magetan berkesempatan sowan kepada Bapak Bupati Magetan Dr. Drs. H Suprawoto, SH, M.Si.

Pertama, Ketika berpamitan akan berangkat mengikuti Muktamar di Solo. Dan yang kedua diawal Ramadhan saat mengundang beliau untuk hadir dan membuka Musyda ke 14.

Dalam dua kesempatan itu, Bapak Bupati menyampaikan kesannya terhadap Muhammadiyah yang unik. “Satu hal yang membedakan Muhammadiyah dengan organisasi lain. Jika di tempat lain saling berebut untuk menjadi pimpinan, tapi di Muhammadiyah justru royokan wegah,” Kata beliau yang disambut gelak tawa anggota PDM yang hadir.

Pernyataan Bupati itu ada benarnya. Setidaknya dalam rangkaian agenda Musyda, didapat 82 bakal calon Pimpinan yang diusulkan dari berbagai pihak. Baik PCM, anggota PDM maupun ortom.

Hal ini menandakan banyaknya potensi calon pemimpin yang dimiliki Muhammadiyah Magetan. Namun anehnya, hanya 39 dari jumlah tersebut yang menyatakan bersedia dicalonkan. Sementara separuh lebih memilih tidak bersedia. Hal ini mengindikasikan kesesuaian pernyataan Bupati Magetan tersebut sekaligus menegaskan bahwa orang Muhammadiyah tidak gila jabatan.

Drama pertama muncul tatkala hasil perolehan suara terbanyak urutan 13 ada dua orang pada Musyda ke – 14 Muhammadiyah Magetan kemarin. Sebagaimana ditetapkan dalam tatib, musyda kali ini memilih 13 anggota PDM. Kedua peraih suara urutan 13 tersebut adalah Is Purnomo dan Sundarto.

Sesuai arahan PWM Jawa Timur, langkah pertama diambil adalah bertanya kepada keduanya, apakah ada yang dengan ikhlas mundur salah satu. Setelah keduanya dihubungi ternyata justru mereka semua mundur dan mempersilahkan satu sama lain.

Hal ini membuktikan tidak ada yang berebut jabatan. Dikarenakan keduanya mundur dan memilih berkhidmad di cabang, akhirnya posisi urutan ke 13 diisi oleh peraih suara terbanyak dibawahnya yakni Sunaryadi.

Cerita tidak berhenti sampai disitu. Pemungutan suara yang dilaksanakan melalui e-voting, menempatkan Samsul Hidayat sebagai peroleh suara terbanyak.

Dengan perolehan teratas, membuka peluang pertama bagi Ketua PCM Barat itu untuk menjadi Ketua PDM. Dalam sidang penentuan Ketua, justru dia menyerahkan posisi itu kepada Hariadi Suprabawa yang dianggapnya sebagai kader yang paling matang. Dibanding dengan anggota yang lain, hanya Hariadi yang paling komplit rekam jejaknya di Muhammadiyah Magetan. Keaktifannya mulai dari IPM, PDPM dan menjadi anggota PDM selama tiga periode menguatkan pendapat itu.

Drama pun berlanjut. Ibarat seorang striker sepak bola, yang mendapat umpan matang untuk mencetak gol, justru mengoper bola kepada pemain lain. Hariadi yang mendapat kepercayaan, dengan merendah menyerahkan kesempatan itu kepada anggota yang lebih sepuh yakni Husnul Fuad dan Suwarni. Hal ini seakan membuktikan kebenaran ‘ROYOKAN WEGAH’ sebagaimana diungkapkan Bupati.

Kondisi saling lempar jabatan ini membuat sidang semakin melebar dan menumbuhkan pro kontra. Berbagai pendapat mencuat dalam sidang tersebut. Masing-masing anggota sidang mengemukakan pendapatnya. Ada yang berprinsip untuk tertib administrasi sebagai ciri berkemajuan, ada pula yang berpendapat senioritas. Pada akhirnya anggota sidang mengerucut pada satu kesepakatan untuk meminta Samsul menata hati mengemban Amanah yang diberikan oleh musyawirin.

Sambil menitikkan air mata, akhirnya Samsul bersedia mengemban Amanah sebagai Ketua Formatur sekaligus Ketua PDM Magetan periode 2022-2027.

Di hadapan anggota musyda dalam pidato pertamanya, kata yang diucapkan adalah innaalillaahi wainna ilaihi roojiuun. Bukan alhamdulillah sebagaimana kebanyakan orang ketika berhasil menduduki sebuah jabatan.

Lagi-lagi hal ini menunjukkan bahwa bagi warga Muhammadiyah, jabatan bukanlah sesuatu yang harus diperebutkan. Namun menjadi sarana untuk berbuat dan mengabdi, serta memberikan kemampuan yang terbaik.

Oleh karenanya hajat besar Musyda Muhammadiyah Magetan jauh dari intrik dan kepentingan pribadi. Mereka lebih mengutamakan kebutuhan bersama. Sehingga tidak muncul persaingan antar calon dan terwujud suasana kondusif yang menyejukkan.

Fenomena-fenomena yang terjadi selama gelaran Musyda -14 kali ini meneguhkan kebenaran bahwa orang Muhammadiyah tidak gila jabatan. Terbukti di berbagai kesempatan dan tingkatan proses, banyak warga Muhammadiyah yang ROYOKAN WEGAH. (dien eshaan/G.Tik)

banner 468x60

No Responses

Tinggalkan Balasan